Tengok Keunikan dari Tradisi Suku Bugis, Mappalette Bola, Pindah Rumah dalam Makna yang Sesungguhnya

Advertisemen

Tengok Keunikan dari Tradisi Suku Bugis, Mappalette Bola, Pindah Rumah dalam Makna yang Sesungguhnya

 
Bugis Makassar. Bicara mengenai pindah rumah, Setiap orang sudah pasti pernah melihat dan pemengalaminya. Mengangkut barang dengan mobil, pindah-pindah dan beres-beres sudah menjadi hal yang masuk kedalam bayangan yang ada di dalam otak. Memindahkan barang dari satu tempat ke tampat lain, baik dari perkakas kecil dan ringan adalah hal umum yang terjadi hamper di seluruh Indonesia. Naum tidak demikian dengan suku bugis. Orang-orang di suku Bugis memindahkan rumah mereka dalam makna yang sesungguhnya yakni memindah kan seluruh rumah, baik jendela, pintu, dinding, atap, pintu dan seluruh isi rumah dari satu lokasi ke lokasi secara utuh. Tidak terpisah atau dobognkar dan di rangkai ulang akan tetapi makna memindahkan rumah dalam artian sesungguhnya.
 
Pindah rumah unik dengan mengakta rumah fakta unik tentang rumah
 
 
Suku Bugis adalah salah satu Suku dengan tradisi super unik, yakni melakukan Pindah Rumah dalam bentuk rumah Seutuhnya. Tradisi ini dikenal dengan nama Mappelette Bola.
 
Salah satu etnis yang mendiami jazirah Sulawesi Selatan adalah Suku Bugis. Suku ini adalah suku dengan banyak tradisi Otentik dan berbeda dengan tradisi di beberaap daerah lain di Indonesia. Bagi beberapa suku yang ada di Indonesia bahkan di Dunia, Tradisi pindah dirumah di lakukan hanya memindahkan isi dari rumah atau dengan kata lain masuk rumah baru dan meninggalkan rumah yang sudah lama, Suku Bugis bahkan ikut berpindah dengan rumah. Mappalette Bola dilakukan dengan cara memindahkan Rumah baik dari lantai, tidap sampai atap rumah ke tempat baru. Rumah pun di pindahkan dalam bentuk untuh tidak dipisahkan-pisahkan , dibongkar kemudian disusun ulang. Meskipun kejadian sudah sangat langka namun di beberapa masih sering di lakukan, dan merupakan cermin dari budaya Gotong Royong rakyat Indonesia yang sdah mulai jarang ditemukan.
 
Rumah-Rumah orang bugis zaman dahulu terbuat dari kayu dengan berbentuk rumah panggung, sehingga dapat dipindahkan dengan cara di gotong.
 
Gotong Royong adalah salah satu ciri bangsa Indonesia yang juga merupakan nilai lihur yang sudah ada sejak zaman nenek moyang sejak dulu kala. Gotong Royong pulalah yang membuat tradisi Mappalette Bola ini menjadi nyata dan dapat dilakukan. Orang-orang dari penjuru desa akan berkumpul pada jam yang dutentukan kemudia dengan kaomnado dari ketua adat, RUmah kemudian di pindahkan dengan cara diangkat secara bersamaan. Satu komdando adalah kunci dari kegiatan ini, Kepala desa atau tetua adat biasanya akan mendapatkan kepercayaan untuk melakukan hal ini. Komnado diberikan terkait perihal pengangkatan dan juga derap langkah para penggotong rumah. Rumah di pindahkan dan tidak tanggung-tanggung kadang dipindahkan pada jarak yang tidak main-main jauhnya.
 
Rumah di gotong tentu saja tidak dengan isinya, akan tetapi tuan rumah harus terlebih dahulu mengeluarkan seluruh isi rumah, mulai dari pakaian hingga perabotan lainnya seperti barangay pecah belah dan juga barang kecil lainnya. Selian itu, Perabotan besar seperti lemari dan juga tempat tidur biasanya dibiarkan berada di atas rumah dan ikut diangkat ketika rumah mulai dipindahkan.
 
Suku Bugis menempatkan kaum Pria sebagai tulang punggung keluarga sehingga para kaum pria melakukan pekerjaan berat termasuk dalam kategori Mapalette Bola. 
 
Adat dan budaya yang melekat pada suku Bugis bias dikatakan sangat kental dan lengkap. Hal ini tercermin dari nilai-nilai yang tertanama dalam kehidupan suku bugis dlama kehidupan sehari-hari. Setiap orang memiliki peran dalam seluruh aktivitas, mulai dari petinggi, orang dewasa hingga anak-anak. Bagi kaum Wanita, Meksipun mereka tidak memiliki tempat pada prosesi pindah rumah, namun tanpa kehadiran kaum hawa, Prosesi Mappalette Bola bias jadi terbengkalai dan menjadi lebih rumit. Pasalnya kaum wanita akan mendapatkan posisi sebagai penyedia logistik dalam ritual tersebut. TAnpa mendapatkan komando, para ibu-ibu akan bernodong-bondong datang memabwa pisau dan membantu tuan rumah dalam menyiapkan penganan yang biasanya disajikan dalam tradisi pindah rumah adalah Suwella, Barongko dan juga Kue Lapisi. Hal ini yang membuat prosesi pindah rumah ini seperti pesta kecil di kalangan Masyarakat Bugis.
 
Setelah rumah dipindahkan, ada satu hal lagi yang tidka boleh lupa di lakukan, yakni macerra Bola. Tradisi yang dilakukan setiap kali rumah sudha ditempati selama setahun baik itu rumah baru maupun rumah yang dipindahkan. Tujuannya tidka lain agar keseleamatan dilimpiahkan kepada tuan rumah sehingga tidak aka nada darah lagi yang mengalir kecuali darah ayam yang di tumahpkan tadi. Maccera Bola dilakuakn dan dipimpin oleh tetua ada yang mengetahui detail prosesinya sampai akhirnya rumah dapat ditinggali lagi.
 
Tradisi Gotong Royong seperti dalam adat dan budaya suku bugis seperti ini tentu saja sangat sulit di temukan dalam kehidupan manusia zaman sekarang yang cenderung individualis dan juga modern. Tradisi ini adalah salah satu kakarter dan ciri asli dari Indonesia sehingga melestarikannya merupakan salah satu kewajiban kita untuk tetap menjaga identitas bangsa.
Advertisemen